Jangan memandang kebelangkang, jika memandang kebelakang akan membuatmu ragu untuk melangkah, fokuslah ke depan untuk menyongsong hari yang lebih cemerlang

Assalammualikum Selamat datang di goresan inspirasi ku

Kesayanganku 7: Bekerja dengan Hati Bukan Ambisi


Teruntuk Biyu Kaka Nora
Oleh Titin SUmarni



Pada tulisanku kali ini adalah teruntuk Biyu (kakak) Nora
Kenapa saya ingin sekali menulis tentang judul diatas dan di tujukan untuk si biyu, karena ini bukan hanya sekedar tulisan tetapi selalu saya sampaikan kepada Biyu Nora, pada saat dia akan melakukan sesuatu. Apalagi kalau biyu akan melakukan tugasnya seperti mengikuti perlombaan. Ya perlombaan menurut saya memang kita harus ambisi untuk menang, tetapi itu bukanlah satu-satunya tujuan kita mengikuti sebuah perlomaan, seperti biyu mengikuti lomba melukis, mengikuti MTQ dan yang lainnya.

            Saya akan selelau berpesan bahwa mengikuti sebuah perlombaan kemenangan bukanlah satu-satunya tujuan tetapi kita ikut menggoreskan karya yang kita lakukan sehingga karya yang telah kita ukir bisa menjadi sejarah atau catatan kita pada suatu hari nantinya, bahwa kita perna ada dalam mengikuti dan memeriakan suatu acara dalm sebuah organisasi.

            Yang selalu saya ingatkan sebelum mengikuti perlombaan atau pada waktu latihan adalah bahwa apa yang kita kerjakan atau lakukanlah yaitu “dengan hati bukan ambisi”. Karena jika kita melakukan suatu pekerjaan dengan hati maka kita akan melakukan sesuatu yang di kerjakan akan merasa senang dan mencintai setiap pekerjaan yang kita lkaukan, bukan hanya mengejar ambisi belaka.

            Alhamdulillah Biyu Nora selalu mau mengikuti arahan yang saya lakukan dia selalu berkata “ Insyaallah akan Biyu lakukan dengan hati yang senag dan iklas menjalani apa yang biyu kerjakan, asalkan mama mendukung selalu apa yang biyu lakukan” kata kakak nora kepada kami. Insyaallah Biyu kami akan selalu mendukung Mu apapun itu asal pekerjaan yang Biyu lakukan adalah suatu pekerjaan yang baik-baik.

            Pada saat Biyu akan mengikuti MTQ tingkat kabupaten sebenarnya Biyu Nora sangat gelisa sekali karena biyu mengikuti MTQ cabang Khotil (Kaligrafi Mushaf), Biyu belum pernah mengikuti cabang ini, dan waktu Biyu melakukan kursus di Lembaga Kaligrafi di Bogor Biyu mengikuti cabang (Kaligrafi Dekorasi), dan pada waktu MTQ tingkat kabupaten biyu di utus untuk mengikuti cabang Mushaf, Biyu langsung bercerita kepada saya “bagaiman ini ma, saya belum pernah mencoba Mushaf saya ragu takut tidak siap nanti, saya takut mengecewakan orang yang sudah mengutus saya untuk ikut cabang mushaf ini “ kata Biyu kepada saya, lalu saya bilang kepada Biyu, “ ya gimana rasanya biyu yakin apa tidak biyu bisa untuk ikut mushaf ini, kalau yakin bisa melakukan maka ikutlah, tetapi kalau tidak yakin maka tinggalkanlah” lalu Biyu menjawa lagi “ saya yakin sih bisah karena antara dekorasi dan mushaf itu tidak jau bedah” kata Biyu.

            Mendengar jawaban Biyu seperti itu langsung saya bilang untuk menyemangati si Biyu, “ ya udah kalau gitu Biyu ikut aja, hitung-hitung sambil latihan dan mencari pengalaman dulu, menang atau kalah tidak usah di pikirkan dulu, yang penting sekarang biya merasa biyu bisa untuk melakukannya” saya bilang kepada anak saya Biyu Nora. Dan saya berkata lagi latihan saja sayang supaya nanti tidak canggung pas menghadapi MTQ, dan lakukanlah suatu pekerjaan tersebut dengan hati yang senang jangan memikirkan ambisi untuk menang.

            Setelah waktu MTQ tiba biyu bersiap-siap untuk berangkat pawai, Karena pawai di mulai besok paginya, biyu berangkat satu hari sebelum pawai, biyu menyiapkan keperluan yang akan dibawanya, perlengkapan kaligrafi, perlengkapan pakaian, selama di sana, karena Biyu akan menginap di tempat kecamatan yang mengadakan MTQ kabupaten yang tempatnya di luar kecamatan kami, sehingga harus menginap dan memang sudah disiapkan pemondokan untuk kapilah-kapilah yang akan ikut MTQ di kabupaten.

            Setelah sholat zuhur kami berangkat untuk mengantar Biyu (Nora) ke pemondokan dan langsung menuju pelabhan Roro, karena di tempat kami kalau mau keluar di kecamatan lain harus melewati kapal Roro terlebih dahulu. Dan setelah sampai di pemondokan Biyu, saya juga tidak lupa berpesan untuk bisa menjaga diri dan harus pandai bergaul dengan teman-teman sesama pemondokan karena saya tidak bisa untuk menemani nginap di pemondokan biyu, tatapi saya akan datang pada saat Biyu akan mengikuti perlomaan kaligrafi di cabang biyu ikuti yaitu Mushaf. Sedangkang suami saya yang akan ikut mengikuti pawai sebelum acara pembukaan MTQ, karena saya harus menjaga si kecil Si Comel Ebed makanya saya tidak bisa ikut pawai bersama mereka.

            Pada saat kegiatan lomba kaligrafi cabang mushaf yang biyu ikuti tiba, saya berangkat untuk melihat dan menyemangati biyu, saya bawa semua kelaurga (Embah, Bibi, dan tak lupa si comel Ebed) yang kehilangan Biyunya karena beberapa hari Biyu tidak di rumah dan pada waktu ketemu sama Biyu si comel Ebed senang sekali. Saya melihat di raut wajah Biyu terlihat agak cemas dan gugup maklum baru pertama ikut cabang ini. Dan saya menghampiri Biyu dan berbisik “ jangan cemas Biyu lakukan saja dengan senang jangan terlalu ambisi untuk menang yang penting biyu selesai, jika mereka bisa selesai berarti Biyu juga harus bisa selesai itu saja jangan memikirkan menang dan kalah yang penting lakukan saja dengan hati yang senang dan tidak ada kecemasan. Akhirnya Biyu mulai tenang, saya hanya melihat di kejauhan, dan melihat melalui kaca jendela karena panitia tidak mengizinkan untuk masuk kedalam takut mengganggu konsentrasi peserta. Dan kami hanya melihat dari kejauhan saja sambil berdoa yang terbaik untuk si Biyu.

            Setelah selesai kami langsung mengikuti biyu kepemondokannya, karena Biyu pulang kepemondokan bersama panitia yang membawanya. Sampai di pemondokan Biyu saya bertanya “gimana Biyu capek” lalu dia menjawab “ ya capek ma tapi senang karena saya selesai mengerjakannya dan rasanya tidak ada yang salah tulisanya dan rasanya juga tidak ada yang tinggal huruf karena saya memeriksanya berulang-ulang ma” kata si biyu, “Oh Syukurlah…” kataku sama si biyu.

            Satu hari setelah cabang Mushaf yang biyu ikuti selesai, pengumuman hasil untuk masuk ke final, karena yang masuk juara 1 sampai 3 akan dilakukan pertandingan ulang untuk menentukan siapa yang juara satu, dua dan tiganya. Dan Alhamdulillah pada jam 9.30 pas si biyu membuka WA Biyu di beritahu oleh panitia bahwa Biyu masuk ke final. Alhamdulillah ternyata Biyu berhasil masuk kefinal, dan besok akan dilakukan pertandingannya.

            Pada kesesokan harinya suami saya yang mengantar, karena saya ada jadwal mengajar di kampus tidak bisa untuk mengantar biyu di waktu pagi, tetapi waktu tengah hari saya yang akan datang menemani Biyu, sedangkan suami saya juga pada waktu siang hari ada rapat di kantor sehingga kami bergiliran menemankan Biyu. Saya menemankan Biyu sampai selesai dan sebelum Biyu berlomba saya juga tidak lupa berpesan bahwa lakukanlah suatu pekerjaan tersebut dengan hati yang riang bukan ambisi untuk mencari kemenangan.

            Dan ahrinya kegiatan MTQ tingkat kabupaten Bnegkalis selesai dan pada malam penutupan kami semua berangkat untuk melihat acara penutupan MTQ, kami semua berangkat Embah, Bibi, si Comel Ebed juga tidak mau ketinggalan untuk melihat biyunya memegang Piala di MTQ tingkat kabupaten walaupun Biyu belum mendapatkan juara satu, tapi kami semua Bangga pada Biyu, Biyu mendapatkan juara tiga Alhamdulillah….


            Setelah selesai mengikuti MTQ tingkat Kabupaten, beberapa minggu kemudian Biyu di suruh kembali sama gurunya yaitu pembina Osisi di sekolah Biyu untuk mengikuti kembali perlombaan di acara ulang tahun Pasantren di Kabupaten Bengkalis, dan Biyu di suruh untuk ikut kaligrafi cabang Contemporer, pemberitahuan ini satu hari sebelum hari acara lomba. Biyu berkata kepada saya “Ma saya di suruh oleh Ibu Pembina Osis untuk ikut kaligrafi cabang Kontemporer, boleh saya ikut Ma” kata si Biyu, lalu saya yang cemas karena Biyu belum pernah ikut cabang kontemporer ini dalam hatiku, lalu saya teringat, oh ya Biyukan sudah biasa melukis Insyaallah Biyu bisa dalam hatiku. Lalu saya menjawab “ ya silakankan sayang hitung-hitung cari pengalaman di bidang kaligrafi ini, lalu saya bertanya kembali kepada Biyu “ kalau Biyu gima siap tidak untuk ikut kontemporer ini” lalu Biyu diam sesaat dan menjawab “ Insyaallah ma saya akan mencoba insyaallah bisa” kata biyu…

            Dan keesaokan harinya biyu melakukan pertandingan di pondok pesanteren yaitu mengikuti cabang kontemporer, satu hari biyu melakukan perlombaan di sana, kami semua tidak ikut karena ini adalah utusan sekolah dan sudah menjadi tanggung jawab sekolah. Setelah biyu pulang sorenya dia kelihatan tidak menunjukan waja yang muram tetapi dia tersenyum saja waktu saya Tanya gimana kerjaannya selesai atau tidak Biyu…?, dan Biyu langsung menunjukkan hasil foto-foto lukisannya dan lukisan teman-teman yang ikut Kontemporer di sana, saya perhatikan pekerjaan Biyu lumayan bagus tidak kalah dengan teman-temannya yang lain.

            Setelah pengumuman kami tidak ada yang tau bahwa malam rabu ada pengumuman dan di pihak sekolah juga tidak meberitahukan kepada Biyu dan kami orang tuanya. Setelah pagi hari di sekolah biyu di selamti oleh teman-temannya yang mengucapkan selamat kepada Biyu “ selamt Nora ya…” saya kaget kata Biyu bercerita kepada saya selamat apa…lalu temannya bilang he…Nora tidak tau ya…. Nora dapat juara satu…begitu Biyu bercerita kepada saya. Dan gurunya juga bertanya kepada Nora, apa kabar Nora dapat juara apa tidak kata guru pembina Osis Biyu, ternyata gurunya nora juga tidak hadir di hari pembacaan pengumuman pemenang.

            Karena ada teman-teman saya juga yang mengajar di pondok pesantren di tempat biyu ikut perlombaan dan juga ada mahasiswa saya juga yang sudah mengajar di sana, jadi saya tidak kesusahan untuk mencari informasi, saya langsung menghubungi teman-teman saya dan teman saya memberikan nomor telepon panitia acara, langsung saya telepon panitianya dan ternyata Alhamdulillah memang benar si Biyu mendapatkan juara satu. Karena pada saat saya menelpon Biyu ada di depan saya langsung Biyu sangat senang mendengar kabar bahwa dirinya mendapatkan juara satu. Lalu saya berucap kepada biyu “Selamat ya sayang kamu berhasil… ternyata memang benar bekerja itu harus dengan hati bukan ambisi sehingga apabilah kita bekerja dengan hati maka apapun yang kita kerjakan akan mendapatkan Ridho dari Allah SWT karena kita bekerja dengan hati yang senang bukan hanya bekerja keterpaksaan dan bukan bekerja mengejar ambisi semata.
Kalau kita mengejar ambisa jika kita tidak menang maka kita akan kecewah dan sedih, tetapi jika kita bekerja dengan hati yang senang apapun hasilnya kita akan selalu menerima dengan lapang dada, jika kita berhasil kita akan bahagia dan jika kita gagal maka kita juga tidak akan terlalu kecewa, karena kita harus berusaha kembali untuk mendapatkan seperti yang kita harapkan, tetapi bukan hanya terlalu mengejar ambisi untuk menang, dan menurut saya bekerja harus dengan hati bukan ambisi, bukan hanya dalam perlombaan saja tetapi di dalam pekerjaan sehari-hari juga harus seperti itu, bekerja dengan hati bukan hanya ambisi semata….
Wassalam semoga bermanfaat

Salam literasi.
Bengkalis, 28/10/18



0 Comment for "Kesayanganku 7: Bekerja dengan Hati Bukan Ambisi "

Back To Top