Teruntuk Biyu Kaka Nora
Oleh Titin SUmarni
Pada tulisanku kali ini adalah teruntuk Biyu (kakak)
Nora
Kenapa saya ingin sekali
menulis tentang judul diatas dan di tujukan untuk si biyu, karena ini bukan
hanya sekedar tulisan tetapi selalu saya sampaikan kepada Biyu Nora, pada saat
dia akan melakukan sesuatu. Apalagi kalau biyu akan melakukan tugasnya seperti
mengikuti perlombaan. Ya perlombaan menurut saya memang kita harus ambisi untuk
menang, tetapi itu bukanlah satu-satunya tujuan kita mengikuti sebuah
perlomaan, seperti biyu mengikuti lomba melukis, mengikuti MTQ dan yang
lainnya.
Saya akan
selelau berpesan bahwa mengikuti sebuah perlombaan kemenangan bukanlah
satu-satunya tujuan tetapi kita ikut menggoreskan karya yang kita lakukan
sehingga karya yang telah kita ukir bisa menjadi sejarah atau catatan kita pada
suatu hari nantinya, bahwa kita perna ada dalam mengikuti dan memeriakan suatu
acara dalm sebuah organisasi.
Yang selalu
saya ingatkan sebelum mengikuti perlombaan atau pada waktu latihan adalah bahwa
apa yang kita kerjakan atau lakukanlah yaitu “dengan hati bukan ambisi”. Karena
jika kita melakukan suatu pekerjaan dengan hati maka kita akan melakukan
sesuatu yang di kerjakan akan merasa senang dan mencintai setiap pekerjaan yang
kita lkaukan, bukan hanya mengejar ambisi belaka.
Alhamdulillah
Biyu Nora selalu mau mengikuti arahan yang saya lakukan dia selalu berkata “ Insyaallah
akan Biyu lakukan dengan hati yang senag dan iklas menjalani apa yang biyu
kerjakan, asalkan mama mendukung selalu apa yang biyu lakukan” kata kakak nora
kepada kami. Insyaallah Biyu kami akan selalu mendukung Mu apapun itu asal
pekerjaan yang Biyu lakukan adalah suatu pekerjaan yang baik-baik.
Pada saat
Biyu akan mengikuti MTQ tingkat kabupaten sebenarnya Biyu Nora sangat gelisa
sekali karena biyu mengikuti MTQ cabang Khotil (Kaligrafi Mushaf), Biyu belum
pernah mengikuti cabang ini, dan waktu Biyu melakukan kursus di Lembaga
Kaligrafi di Bogor Biyu mengikuti cabang (Kaligrafi Dekorasi), dan pada waktu
MTQ tingkat kabupaten biyu di utus untuk mengikuti cabang Mushaf, Biyu langsung
bercerita kepada saya “bagaiman ini ma, saya belum pernah mencoba Mushaf saya
ragu takut tidak siap nanti, saya takut mengecewakan orang yang sudah mengutus
saya untuk ikut cabang mushaf ini “ kata Biyu kepada saya, lalu saya bilang
kepada Biyu, “ ya gimana rasanya biyu yakin apa tidak biyu bisa untuk ikut
mushaf ini, kalau yakin bisa melakukan maka ikutlah, tetapi kalau tidak yakin
maka tinggalkanlah” lalu Biyu menjawa lagi “ saya yakin sih bisah karena antara
dekorasi dan mushaf itu tidak jau bedah” kata Biyu.
Mendengar
jawaban Biyu seperti itu langsung saya bilang untuk menyemangati si Biyu, “ ya
udah kalau gitu Biyu ikut aja, hitung-hitung sambil latihan dan mencari
pengalaman dulu, menang atau kalah tidak usah di pikirkan dulu, yang penting
sekarang biya merasa biyu bisa untuk melakukannya” saya bilang kepada anak saya
Biyu Nora. Dan saya berkata lagi latihan saja sayang supaya nanti tidak
canggung pas menghadapi MTQ, dan lakukanlah suatu pekerjaan tersebut dengan
hati yang senang jangan memikirkan ambisi untuk menang.
Setelah
waktu MTQ tiba biyu bersiap-siap untuk berangkat pawai, Karena pawai di mulai
besok paginya, biyu berangkat satu hari sebelum pawai, biyu menyiapkan
keperluan yang akan dibawanya, perlengkapan kaligrafi, perlengkapan pakaian,
selama di sana, karena Biyu akan menginap di tempat kecamatan yang mengadakan
MTQ kabupaten yang tempatnya di luar kecamatan kami, sehingga harus menginap
dan memang sudah disiapkan pemondokan untuk kapilah-kapilah yang akan ikut MTQ
di kabupaten.
Setelah
sholat zuhur kami berangkat untuk mengantar Biyu (Nora) ke pemondokan dan
langsung menuju pelabhan Roro, karena di tempat kami kalau mau keluar di
kecamatan lain harus melewati kapal Roro terlebih dahulu. Dan setelah sampai di
pemondokan Biyu, saya juga tidak lupa berpesan untuk bisa menjaga diri dan
harus pandai bergaul dengan teman-teman sesama pemondokan karena saya tidak
bisa untuk menemani nginap di pemondokan biyu, tatapi saya akan datang pada
saat Biyu akan mengikuti perlomaan kaligrafi di cabang biyu ikuti yaitu Mushaf.
Sedangkang suami saya yang akan ikut mengikuti pawai sebelum acara pembukaan
MTQ, karena saya harus menjaga si kecil Si Comel Ebed makanya saya tidak bisa
ikut pawai bersama mereka.
Pada saat
kegiatan lomba kaligrafi cabang mushaf yang biyu ikuti tiba, saya berangkat
untuk melihat dan menyemangati biyu, saya bawa semua kelaurga (Embah, Bibi, dan
tak lupa si comel Ebed) yang kehilangan Biyunya karena beberapa hari Biyu tidak
di rumah dan pada waktu ketemu sama Biyu si comel Ebed senang sekali. Saya melihat
di raut wajah Biyu terlihat agak cemas dan gugup maklum baru pertama ikut
cabang ini. Dan saya menghampiri Biyu dan berbisik “ jangan cemas Biyu lakukan
saja dengan senang jangan terlalu ambisi untuk menang yang penting biyu
selesai, jika mereka bisa selesai berarti Biyu juga harus bisa selesai itu saja
jangan memikirkan menang dan kalah yang penting lakukan saja dengan hati yang senang
dan tidak ada kecemasan. Akhirnya Biyu mulai tenang, saya hanya melihat di
kejauhan, dan melihat melalui kaca jendela karena panitia tidak mengizinkan
untuk masuk kedalam takut mengganggu konsentrasi peserta. Dan kami hanya melihat
dari kejauhan saja sambil berdoa yang terbaik untuk si Biyu.


Setelah
selesai kami langsung mengikuti biyu kepemondokannya, karena Biyu pulang
kepemondokan bersama panitia yang membawanya. Sampai di pemondokan Biyu saya
bertanya “gimana Biyu capek” lalu dia menjawab “ ya capek ma tapi senang karena
saya selesai mengerjakannya dan rasanya tidak ada yang salah tulisanya dan
rasanya juga tidak ada yang tinggal huruf karena saya memeriksanya
berulang-ulang ma” kata si biyu, “Oh Syukurlah…” kataku sama si biyu.
Satu hari
setelah cabang Mushaf yang biyu ikuti selesai, pengumuman hasil untuk masuk ke
final, karena yang masuk juara 1 sampai 3 akan dilakukan pertandingan ulang
untuk menentukan siapa yang juara satu, dua dan tiganya. Dan Alhamdulillah pada
jam 9.30 pas si biyu membuka WA Biyu di beritahu oleh panitia bahwa Biyu masuk
ke final. Alhamdulillah ternyata Biyu berhasil masuk kefinal, dan besok akan
dilakukan pertandingannya.
Pada kesesokan
harinya suami saya yang mengantar, karena saya ada jadwal mengajar di kampus
tidak bisa untuk mengantar biyu di waktu pagi, tetapi waktu tengah hari saya
yang akan datang menemani Biyu, sedangkan suami saya juga pada waktu siang hari
ada rapat di kantor sehingga kami bergiliran menemankan Biyu. Saya menemankan
Biyu sampai selesai dan sebelum Biyu berlomba saya juga tidak lupa berpesan
bahwa lakukanlah suatu pekerjaan tersebut dengan hati yang riang bukan ambisi
untuk mencari kemenangan.
Dan ahrinya
kegiatan MTQ tingkat kabupaten Bnegkalis selesai dan pada malam penutupan kami
semua berangkat untuk melihat acara penutupan MTQ, kami semua berangkat Embah,
Bibi, si Comel Ebed juga tidak mau ketinggalan untuk melihat biyunya memegang
Piala di MTQ tingkat kabupaten walaupun Biyu belum mendapatkan juara satu, tapi
kami semua Bangga pada Biyu, Biyu mendapatkan juara tiga Alhamdulillah….
Setelah
selesai mengikuti MTQ tingkat Kabupaten, beberapa minggu kemudian Biyu di suruh
kembali sama gurunya yaitu pembina Osisi di sekolah Biyu untuk mengikuti
kembali perlombaan di acara ulang tahun Pasantren di Kabupaten Bengkalis, dan
Biyu di suruh untuk ikut kaligrafi cabang Contemporer, pemberitahuan ini satu
hari sebelum hari acara lomba. Biyu berkata kepada saya “Ma saya di suruh oleh
Ibu Pembina Osis untuk ikut kaligrafi cabang Kontemporer, boleh saya ikut Ma”
kata si Biyu, lalu saya yang cemas karena Biyu belum pernah ikut cabang
kontemporer ini dalam hatiku, lalu saya teringat, oh ya Biyukan sudah biasa melukis
Insyaallah Biyu bisa dalam hatiku. Lalu saya menjawab “ ya silakankan sayang
hitung-hitung cari pengalaman di bidang kaligrafi ini, lalu saya bertanya
kembali kepada Biyu “ kalau Biyu gima siap tidak untuk ikut kontemporer ini”
lalu Biyu diam sesaat dan menjawab “ Insyaallah ma saya akan mencoba insyaallah
bisa” kata biyu…
Dan keesaokan
harinya biyu melakukan pertandingan di pondok pesanteren yaitu mengikuti cabang
kontemporer, satu hari biyu melakukan perlombaan di sana, kami semua tidak ikut
karena ini adalah utusan sekolah dan sudah menjadi tanggung jawab sekolah. Setelah
biyu pulang sorenya dia kelihatan tidak menunjukan waja yang muram tetapi dia
tersenyum saja waktu saya Tanya gimana kerjaannya selesai atau tidak Biyu…?,
dan Biyu langsung menunjukkan hasil foto-foto lukisannya dan lukisan
teman-teman yang ikut Kontemporer di sana, saya perhatikan pekerjaan Biyu
lumayan bagus tidak kalah dengan teman-temannya yang lain.
Setelah
pengumuman kami tidak ada yang tau bahwa malam rabu ada pengumuman dan di pihak
sekolah juga tidak meberitahukan kepada Biyu dan kami orang tuanya. Setelah pagi
hari di sekolah biyu di selamti oleh teman-temannya yang mengucapkan selamat
kepada Biyu “ selamt Nora ya…” saya kaget kata Biyu bercerita kepada saya
selamat apa…lalu temannya bilang he…Nora tidak tau ya…. Nora dapat juara satu…begitu
Biyu bercerita kepada saya. Dan gurunya juga bertanya kepada Nora, apa kabar
Nora dapat juara apa tidak kata guru pembina Osis Biyu, ternyata gurunya nora
juga tidak hadir di hari pembacaan pengumuman pemenang.
Karena
ada teman-teman saya juga yang mengajar di pondok pesantren di tempat biyu ikut
perlombaan dan juga ada mahasiswa saya juga yang sudah mengajar di sana, jadi
saya tidak kesusahan untuk mencari informasi, saya langsung menghubungi
teman-teman saya dan teman saya memberikan nomor telepon panitia acara,
langsung saya telepon panitianya dan ternyata Alhamdulillah memang benar si
Biyu mendapatkan juara satu. Karena pada saat saya menelpon Biyu ada di depan
saya langsung Biyu sangat senang mendengar kabar bahwa dirinya mendapatkan
juara satu. Lalu saya berucap kepada biyu “Selamat ya sayang kamu berhasil…
ternyata memang benar bekerja itu harus dengan hati bukan ambisi sehingga
apabilah kita bekerja dengan hati maka apapun yang kita kerjakan akan
mendapatkan Ridho dari Allah SWT karena kita bekerja dengan hati yang senang
bukan hanya bekerja keterpaksaan dan bukan bekerja mengejar ambisi semata.
Kalau kita mengejar ambisa
jika kita tidak menang maka kita akan kecewah dan sedih, tetapi jika kita
bekerja dengan hati yang senang apapun hasilnya kita akan selalu menerima
dengan lapang dada, jika kita berhasil kita akan bahagia dan jika kita gagal
maka kita juga tidak akan terlalu kecewa, karena kita harus berusaha kembali
untuk mendapatkan seperti yang kita harapkan, tetapi bukan hanya terlalu
mengejar ambisi untuk menang, dan menurut saya bekerja harus dengan hati bukan
ambisi, bukan hanya dalam perlombaan saja tetapi di dalam pekerjaan sehari-hari
juga harus seperti itu, bekerja dengan hati bukan hanya ambisi semata….
Wassalam semoga bermanfaat
Salam literasi.
Bengkalis, 28/10/18
0 Comment for "Kesayanganku 7: Bekerja dengan Hati Bukan Ambisi "