Jangan memandang kebelangkang, jika memandang kebelakang akan membuatmu ragu untuk melangkah, fokuslah ke depan untuk menyongsong hari yang lebih cemerlang

Assalammualikum Selamat datang di goresan inspirasi ku

KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA (Mertua-Menantu)

Oleh : Titin Sumarni


Kasih mertua terhadap menantunya, disini saya ingin sekali menulis tentang kisah ini, karena saya merasakan sekali bagaiman peran mertua terhadap menantu, dan sebaliknya bagai mana peran menantu kepada mertuanya. Karena sering kita mendengar bahwa menantu dan mertua sering sekali tidak akur atau bahkan sering terjadi perang dingin, karena mertua sangat sayang kepada anaknya dan begitu juga istri sangat sayang kepada suaminya, tetapi terkadang karena sayang dan cintahnya mertua keada anaknya, dan istri kepada suaminya, mereka sebenarnya adalah memperebutkannya dengan cara mereka sendiri, sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan perhatian, nah inilah terkadang tidak kita sadarai dan tidak mau mencari bagai mana solusi yang terbaik sehingga antara menatu dan menrtua saling menyayangi satu sama lainnya, sehingga terbina keluarga yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Kisahku dan Ibu Mertuaku ....
Sudah sepuluh tahun kami menikah, sepuluh tahun yang lalu saya dibawa oleh suami saya untuk ikut kekampung halamannya, yang artinya saya akan tinggal jau dari keluarga saya, orang tua tertrcinta, karena jarak antara rumah orang tua saya dengan rumah keluarga suami rumah mertua jaraknya cukup jau, orang tua saya tinggal di Bengkulu, sedangkan rumah suami ada di Bengkalis Riau, kalau menggunakan kendaraan darat lebih kurang dua hari satu malam, dan untuk menggunakan jalan udara pesawat tidak ada rote penerbangan untuk pekanbaru-bengkulu dan kalaupun harus di paksakan harus transit terlebih dahulu ke Jakarta baru ke Bengkulu, atau dari Kota Batam ke bengkulu. Sehingga kecil sekali kemungkinan kami untuk sering pulang kerumah orang tua saya, saya harus melawan rasa rindu saya kepada keluarga terutama kepada orang tua saya.

Setelah menikah saya dirumah orang tua suami yaitu di rumah mertua karena suami saya belum cukup uang untuk membeli rumah atau membuat rumah, karena waktu itu baru menikah dan tabungan suami belum cukup untuk itu, sedangkan mau mengontrak rumah mertua laki-laki saya melarang, mertua saya bilang lebih baik tinggal bersama dulu, makan kita sama-sama, tidak makan juga kita sama-sama, dan rumah ini masih cukup luas untuk kalian berdua tempati juga, kata bapak mertua saya waktu itu, waktu kami mengutarakan untuk mengontrak rumah, sedangkan ibu mertua saya tak sanggup berkata-kata karena mendengar kami mau pindah rumah dia sudah bercucuran air matanya, karena dia tidak mau pisah dengan anaknya.

karena suami saya adalah anak tertua, dan anak laki-laki satu-satunya. Melihat ibu mertua sudah bercucuran air matanya, saya pun jadi tidak tega untuk berkeras hati mau memisahkan ibu sama anaknya, dan sayapun akhirnya juga ikut menangis dan memeluk ibu mertua saya, karena saya juga teringat dengan ibu saya, yang saya tinggalkan setelah saya menikah, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa karena saya harus ikut sama suami, dan orang tua saya juga bilang bahwa seorang istri harus ikut suaminya kemanapun suami pergi, walaupun waktu itu saya tau pastilah orang tua saya menangis waktu saya tinggalkan walaupun didepan kami dia nampak begitu tegar saat melepaskan kepergian saya waktu itu.

Selama satu tahun kami tinggal satu rumah dengan mertua, lalu bapak mertua saya bilang “Bapak tau kalau sudah berkeluarga pastilah ingin memiliki rumah sendiri, karena sudah Bapak rasakan dahulu, sewaktu bapak baru menikah sama ibu kalian, jadi kalau kalian mau, Bapak izinkan untuk membuat rumah, namun jangan jauh-jauh”, kata Bapak mertua saya kepada saya dan suami, dan dia berkata lagi “ kalian siapkan saja dulu bahan-bahan bangunannya, bangunlah rumah disebelah rumah kita ini saja, karena tanah untuk membangun masih cukup luas untuk ukuran rumah pribadi” katanya waktu itu. Dan singkat cerita akhirnya kami membuat rumah dekat dengan rumah mertua.

Setela rumah kami selesai, mertua laki-laki saya meninggal dunia, kami semuah waktu itu sangat sedih karena kami merasa belum bisa membahagiakannya, dan kami merasa kami telah banyak menyusahkannya, belum sempat kami membalas kasih sayangnya kepada kami, ternyata dia sudah mengahadap ilahi, menghadap Allah SWT, kami hanya bisa berdoa semoga Bapak di terimah disi Allah SWT, dan ditempatkan di surganya Allah yang terindah aamiin yarabal alamin.
Setelah ayah mertua meninggal dunia, tinggallah ibu mertua, kami sangat membutuhkan satu dangan yang lainnya, ibu butuh kami dan kami sangat butuh ibu, tetapi disini ibu walaupun dia ditinggal suaminya yaitu ayah mertua saya, beliau tidak pernah mau merepotkan kami, bahkan dialah yang paling tegar di antara kami, dia yang selalu menyayangi kami dengan segenap kelembutannya dan ketulusan hatinya, dia selalu merawat kami, kasih sayangnya ini tidak bisah saya lupakan sama sekali, kasih sayangnya tidak terbatas kepada anak-anaknya termasuk kepada saya tidak pernah dia membedakan bahwa saya adalah menantunya.

Setelah rumah selesai, kamipun mempunyai anak, disinilah bermulah saya menyadari betapa Ibu Mertua saya sangat menyayangi saya, dia memperlakukan saya tidak ubahnya dia melayani anak kandungnya sendiri, walaupun saya jau dari orang tua saya, tetapi saya tidak merasakan tidak punya keluarga, saya tidak merasa saya jau dari orang tua kandung saya, karena apa yang saya butuhkan sudah terpenuhi oleh kasih sayang mertua kepada saya. Tidak sedikitpun mertua saya meninggalkan saya di saat saya lagi butuh mereka, disaat saya terbaring lemah tidak berdaya, ibu mertualah yang selalu merawat saya, dan merawat anak saya dan bahkan semua urusan rumah tangga kami diselesaikan ibu mertua tanpa dia merasa lelah.

Setelah saya sembuh, dan saya harus bekerja ibu mertualah yang selalu mensuport saya untuk tidak khawatir meninggakan anak karena harus bekerja. Ibu mertualah yang merawat anak saya dan bahkan kalau saya lelah, ibu mertu saya mengerti dengan keadaanku, dia selelau merawat anak saya dengan setulus hatinya, bahkan beliau tidak pernah pulang kalau belum melihat saya mulai santai mengusur anak dan mengurus rumah, bahkan dia selalu datang setelah selesai sholat magrib untuk menjaga anak kami, karena dia tau kami belum makan malam, kegiatan yang dia lakukan terhadap saya ini tidak perna saya minta sekalipun, karea dia melakukannya karena kasih sayangnya yang tulus kepada saya dan anak saya, begitulah orang tua, dia tidak pernah merasa lelah untuk mengurus anak-anaknya, rasa lelahnya tidak pernah di perlihatkannya kepada kami anaknya, tetapi kami sebagai anaknya selalu mengeluh dan mengeluh untuk meminta balas kasih kepada orang tua.

Saya tidak perna kawatir kalau meningalkan anak saya di kala saya bekerja, bahkan saya harus keluar kota untuk melaksankan tugas kantor saya, yang mengharuskan saya untuk meninggalkan anak saya, karena tidak mungkin saya membawa anak di saat saya harus bekerja, akhirnya terpaksa saya harus meninggalkan anak bersama neneknya yaitu ibu mertua saya, bukan saya tidak mau mencari baby sister untuk anak saya, tetapi saya tau pastilah ibu mertua saya merasa bahwa saya tidak percaya kepadanya, saya tau ibu mertua saya sangat menyayangi anak saya cucunya, melebihi menyayangi dirinya sendiri, mana mungkin saya menyakiti hati ibu mertua saya dengan menghadirkan baby sister, sehingga saya akan memisahkan kebersamaan anak saya dengan neneknya.

Dan hal ini pernah saya sampaikan kepada suami saya untuk mencari baby sister untuk mengasuh anak kami, tetapi suami saya memberi pandangan kepada saya untuk mempertimbangkan ibu kami, ibu mertua saya, yang sangat sayang kepada anak kami, suami saya bilang, anak kami cucunyalah yang membuat penghiburnya, teman dia main sehingga dia lupa dengan kesedihannya, bahwa dia sudah di tinggalkan suaminya, dengan mengingat itu semua saya jadi terharu, dan niat saya untuk mencarai baby sister yang awalnya hanya ingin meringankan kerja ibu mertua saya, jadi saya batalkan, tetapi niat ini sempat saya utarakan kepada ibu mertua saya, dengan kata-kata yang saya ucapkan dengan hati-hati, saya takut melukai hati ibu mertua saya, tetapi benar adanya kata suami saya, belum selesai saya berkata, ibu mertua saya sudah meneteskan air matanya, dia takut saya tidak percaya kepadanya untuk mengasuh anak kami, akhirnya bukanya menyambung kata-kata saya, saya juga ikut menangis terharu, dan saya akhirnya minta maaf kepada ibu mertua saya yang telah melukai hatinya untuk memisahkan waktu kebersaaan anak saya dengan ibu mertua saya.

Dan waktu bulan puasa, kami selalu melakukan berbuka puasa bersama, karena rumah kami dengan rumah mertua berdekatan, jadi kami selalu bergantian untuk berbuka puasa bersama terkadang kami yang kerumah ibu, dan sekali-sekali ibu mertualah yang kami ajak kerumah kami untuk melakukan puasa dan beribadah bersama, ibu mertua saya tidak pernah keberatan dengan semuah keputusan kami, mungkin itulah seorang ibu yang sesungguhnya, karena saya baru memiliki baby saja dan belum merasa berpisah dengan anak, sehingga saya belum merasakan kehilangan seperti yang dialami ibu mertua saya,. Tetapi dengan melihat pengorbanan dan kasih sayang ibu mertua saya ini saya menyadari betapa tulusnya kasih ibu terhadap anak-anaknya, tanpa memikirkan dirinya sendiri kalau dia bisa dia akan berusaha mengorbankan apa yang dia punya untuk kebahagaian anak-anaknya.

Oh ibu... betapa mulia hati mu. Ibu... kau selalu memberikan apa yang tidak bisa kami berikan kepadamu, kasih mu tiada batas untuk anakmu. Ibu... kau selalu menyayangi anakmu walau terkadang anakmu ini berbuat salah kepadamu, tetapi ibu tidak pernah merah dan ibu selalu memaafkan kami anakmu. Ibu...kasihmu tiada batas untuk kami anakmua.
Ibu...terimalah maaf kami, karna kami yang tidak tau malu, selau membuat hatimu terluka dan sedih atas perbuatan kami, Ibu... maafkan kami anakmu yang tidak tau apa kenginanmu, kami tidak peduali, tidak pernah memperhatikanmu, yang kami tau hanyalah ingin minta di perhatikan oleh mu, tetapi ibu selalu memperhatikan kami tanpa perna meminta kepada kami apa keinginanmu terhadap kami anakmu.

Maafkanlah kami anakmu ini ibu, yang tidak mengerti akan kebutuhan mu. Kami hanya bisa berdo’a semoga ibu sehat selalu, dan selalu bahagia saat bersama kami anakmu.
#Salam Literasi
Bengkalis, 14/01/2018



0 Comment for "KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA (Mertua-Menantu)"

Back To Top